WahanaNews-Kalsel | Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut, kinerja dua perusahaan pelat merah disektor energi, yaitu PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) sedang tumbuh positif. Hal itu meskipun kedua raksasa energi RI ini sedang menghadapi tantangan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengungkapkan, pendapatan Pertamina naik di atas 45% secara tahunan per Juli 2022 menjadi sebesar US$ 45 billion. Sementara pendapatan PLN naik sebesar 20%. Peningkatan pendapatan tersebut karena lonjakan permintaan baik disektor industri maupun konsumsi rumah tangga.
Baca Juga:
PLN UP3 Sumedang Giatkan GKONS dalam Rangka Sambut Bulan Suci Ramadan
"Demand tahun ini meningkat cukup signifikan baik itu sisi permintaan bisnis maupun untuk rumah tangga, jadi kami melihatnya cukup postif meski disampaikan tadi ada pelemahan rupiah," kata Pahala dalam acara Energy Corner di CNBC Indonesia, Senin (3/10/2022).
Pahala menjelaskan, pendapatan Pertamina terdorong dari kegiatan produksi eksplorasi atau upstream. Sementara PLN berasal dari pemintaan industri yang mengalami peningkatan secara signifikan.
Pahala membeberkan, kondisi Pertamina maupun PLN saat ini tidak mengalami kerugian kurs secara berarti. Sebab, perseroan menarapkan kewajiban lindung nilai atau hedging sebesar 25% dibandingkan net kewajiban mereka.
Baca Juga:
Sosok Pencipta Fondasi Cakar Ayam, Profesor Asal Jawa Tengah
"Sehingga sampai saat ini kami belum melihat adanya pelemahan rupiah mempengaruhi kedua kinerja BUMN tersebut," ungkapnya.
Pahala mengungkapkan, peningkatan pendapatan di kedua perusahaan tersebut juga sebagai cerminan dari kebangkitan sektor industri manufaktur yang sudah kembali menggeliat.
"Kami melihat ini merupakan bagian dari kebangkitan dan sektor industri manufaktur di Indonesia yang menyebabkan demand di kedua BUMN tersebut di bidang energi yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan," pungkasnya. [ss]