WahanaNews-Kalsel | Terjadi cekcok hingga perkelahian antardua orang warga di Wilayah Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) hingga mengakibatkan salah seorang meninggal dunia akibat sabetan senjata tajam berupa parang, Selasa (24/5/2023) sekitar pukul 19.30 WITA.
Parahnya lagi, lokasi pertumpahan darah tersebut berada di arena judi di Datarlaga Desa Murung B Kecamatan Hantakan.
Baca Juga:
Kasus Judi Online: Bekuk 17 Tersangka Pegawai Komdigi, Polisi Sita Rp 3,1 Miliar
Kapolres Hulu Sungai Tengah AKBP Sigit Haryadi melalui Kasubsi PIDM Humas Aipda M Husaini saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut dan saat ini petugas telah di lapangan serta langsung melakukan penyelidikan.
Ia berharap agar sejumlah keluarga yang bertikai tetap tenang dan menjaga daerahnya tetap kondusif.
"Percayakan proses hukum ini kepada petugas kepolisian," katanya.
Baca Juga:
Kapolri Tegaskan: Bandar Judi Online Ada di Dalam Negeri Kita Tangkap
Sementara itu, warga setempat yang enggan namanya disebut menerangkan sehari sebelumnya, korban terlebih dahulu sempat berselisih faham dengan salah seorang bandar atau pemilik lapak judi dadu terkait pembayaran uang pasangan.
Namun, kejadian tersebut sempat dilerai panitia dan ingin didamaikan tapi korban menolak.
Keesokan harinya, korban kembali lagi mendatangi arena judi dan bertemu dengan salah seorang warga setempat.
Tidak berapa lama, ternyata korban terlibat adu mulut dan emosi hingga langsung mencabut parang yang terselip di pinggangnya.
Warga setempat yang terlibat adu mulut tersebut seketika juga mengambil parang di dekat salah satu lapak perjudian dadu hingga perkelahian tak terhindarkan.
Akibat perkelahian itu, korban mengalami luka tebasan parang di bagian dada sebelah kiri hingga bagian luka terlihat menganga.
Korban memang sempat dilarikan ke Puskesmas Hantakan guna mendapatkan perawatan medis, namun korban dinyatakan meninggal dunia.
Arena judi dengan kedok aruh adat tersebut setiap tahun diadakan di Datarlaga Desa Murung B Kecamatan Hantakan dan sudah menjadi rahasia umum oleh warga dan pejabat setempat.
Diduga karena panitia menyatakan perjudian tersebut bagian dari ritual aruh adat walaupun faktanya lebih kepada mencari keuntungan sejumlah kelompok tertentu.
Sebenarnya, telah lama praktek perjudian itu ditentang oleh sejumlah pihak, bahkan 51 dari 52 Kepala Balai Adat di Kecamatan Hantakan telah menyatakan bahwa perjudian bukan bagian dari ritual adat.
Pemkab Hulu Sungai tengah di era Pemerintah Bupati H Abdul Latif juga telah membuat Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang pelaksanaan aruh dan perlindungan kearifan lokal.
Namun, aturan-aturan tersebut termasuk Pasal 303 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tak berlaku bagi bandar maupun pemain judi khusus di Datarlaga.
Faktanya, setiap tahun semakin marak Casino tradisional itu digelar, bahkan tidak hanya warga setempat saja yang ikut bermain dan datang namun sejumlah pecinta judi dari berbagai wilayah di Kalsel hingga provinsi lainnya juga turut mengasah kemampuannya dan mencari keuntungan main dadu.[ss]