Kalsel. WahanaNews.co - PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UID Kalselteng) hemat Rp4,4 miliar per bulan melalui program dedieselisasi atau penyambungan lima sistem Unit Listrik Desa (ULD) di Kalimantan Tengah menjadi sistem grid.
General Manager PLN UID Kalselteng Muhammad Joharifin di Banjarbaru, Senin, mengatakan program dedieselisasi tersebut berdampak sangat positif, baik bagi PLN, pelanggan maupun lingkungan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sistem ULD adalah Sistem Sungai Hanyu, Sistem Menthobi Raya, Sistem Tumbang Miri, Sistem ULD Tumbang Lahung, dan Sistem ULD Tumbang Kaman dan berakhir 5 ULD membuat PLN UID Kalselteng hemat lebih dari Rp4,4 miliar setiap bulan.
Dijelaskan, sistem ULD Sungai Hanyu berada di Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kuala Kapuas memiliki jumlah pelanggan sebanyak 694, Sistem Menthobi Raya di Kecamatan Menthobi Raya Kabupaten Lamandau dengan 1.856 pelanggan.
Kemudian, Sistem Tumbang Miri berlokasi di Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas dengan pelanggan sebanyak 675 pelanggan, Sistem ULD Tumbang Lahung di Kecamatan Permata Intan Kabupaten Murung Raya miliki 444 pelanggan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Selanjutnya, paling baru diresmikan penyalaannya yaitu Sistem ULD Tumbang Kaman di Kecamatan Sanaman Mantikei Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah dengan 1.356 pelanggan pada tanggal 2 November 2023.
"Program dedieselisasi merupakan salah satu program unggulan PLN pada 2023 dan PLN dapat memangkas penggunaan bahan bakar minyak yang digunakan untuk biaya operasional," ujar Joharifin melalui keterangan tertulis.
Joharifin menuturkan, secara ekonomis operasional sistem ULD sangat tinggi, sebab rata-rata biaya operasi lima ULD sebesar Rp3.964,37 untuk menghasilkan satu kilo Watt hour (kWh) dan listriknya yang dijual ke masyarakat sebesar Rp1.444,70 per kWh sehingga ada selisih Rp2.500 per kWh.
"Jika hitung-hitungan pengoperasian sistem ULD jelas rugi, namun dengan semangat sila kelima Pancasila yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dan demi terwujudnya energi berkeadilan hingga ke pelosok, PLN tetap ambil langkah," ucap Joharifin.
Joharifin menekankan, bagi pelanggan, sistem listrik yang sudah terkoneksi sistem grid maka listrik dapat menyala 24 jam, sebab tidak dibatasi stok bahan bakar sebaliknya sistem ULD masih ada yang nyala hanya 12 jam atau malam saja sebab keterbatasan stok bahan bakar karena transportasi pengiriman BBM yang jauh dan melewati medan yang sulit.
"Namun dengan sistem grid ini listrik nyala penuh sehingga masyarakat dapat menggunakan listrik siang malam. Harapannya tingkat produktifitas masyarakat jadi meningkat dan kesejahteraan juga menjadi bertumbuh," ungkapnya.
Dikatakannya, program dedieselisasi adalah salah satu program kunci untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) demi mencapai target Net Zero Emission 2060 dan PLN telah berkomitmen untuk mencapai NZE 2060.
"Program dedieselisasi adalah proyek transisi energi yang tidak terhindarkan mengingat perubahan iklim telah menjadi ancaman serius dunia karena pembangkit diesel mengeluarkan asap karbon CO2 yang mengganggu kelestarian alam," tegas Joharifin.
Joharifin mengapresiasi seluruh tim PLN yang bekerja dalam program dedieselisasi beserta seluruh pihak yang terlibat baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat yang merelakan lahannya untuk ditanami prasarana tiang listrik.
Pihaknya juga berterima kasih atas kerja keras dan kerja sama semua pihak sehingga bisa menyelesaikan 5 sistem ULD yang masuk grid dari 38 sistem ULD meski tidak mudah sebab tantangan yang luar biasa mulai dari infrastruktur jalan yang sulit hingga proses pembebasan lahan yang panjang.
"Namun melalui sinergitas dan kesadaran bersama bahwa listrik adalah kebutuhan pokok seluruh masyarakat, maka kami yakin kita bisa memensiunkan seluruh ULD yang ada di sistem kelistrikan Kalselteng," demikian Joharifin.[ss]