Kalsel. WahanaNews.co - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) akan mengalami perubahan.
Darmawan mengatakan, saat ini sedang berlangsung diskusi mengenai perubahan RUPTL yang diperkirakan berlanjut sampai tahun 2040.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
"Saat ini sedang ada diskusi perubahan RUPTL yang diperkirakan sampai di tahun 2040," katanya ketika diwawancara di sela acara Nusantara Power Connect di JCC Senayan, Jakarta, Senin (11/9/2023).
Dalam RUPTL yang baru ini, Darmawan mengatakan pihaknya memetakan ketidakcocokan antara sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan pusat permintaan.
Saat ini, sumber EBT baseload dalam skala besar memiliki lokasi yang berjauhan dan berpencar dari pusat permintaan.
Baca Juga:
Bergelantungan di Ketinggian, Aksi Heroik Petugas PLN di Aceh Viral dan Banjir Apresiasi
"Hal itu agar kondisi mismatch atau ketidakcocokan antara sumber energi EBT dengan epicentrum of demand bisa disesuaikan," ujar Darmawan.
Maka dari itu, dia bilang, dalam perencanaan RUPTL yang baru akan dibangun Green Enabling Transmission Line. Dalam RUPTL baru ini akan direncanakan penambahan 32 GW EBT baseload.
Penambahan tersebut dimasukkan ke dalam ekosistem kelistrikan sampai tahun 2040. "Kemudian juga di sini akan dibangun smart grid with the state of the art of technologym," kata Darmawan.
Ia mengatakan akan dibangun suatu skenario flexible generation, ditambah smart transmission, smart control center, smart distribution, dan smart meter.
"Sehingga, dengan adanya perencanaan desain dan pembangunan smart grid dengan state of the art of technology ini, maka penambahan variabel EBT yang tadinya hanya mentok di 5 GW sampai tahun 2040 bisa ditambah menjadi 28 GW variabel EBT," ujarnya.
Kemudian, dengan adanya penambahan Green Enabling Transmission Line dan juga smart grid, maka Indonesia akan mampu membangun EBT dari semua potensi di Indonesia. "Dari hydro, geothermal, wind, solar, ombak," kata Darmawan.
Berikutnya, penambahan EBT dalam RUPTL baru yang sedang dirancang adalah 60 GW pembangkit di Indonesia sampai 2040.
Artinya, 75 persen penambahan pembangkit akan berbasis pada EBT dan sisanya akan berbasis pada gas.
"Pengurangan emisi pada gas 60 persen lebih rendah dibanding dengan pembangkit listrik berbasis pada batu bara," ujar Darmawan.
Menurut dia, di sini pihaknya mencoba menyelaraskan antara pertumbuhan ekonomi dan juga keberlanjutan dalam hal lingkungan.
"Dengan adanya perancangan RUPTL yang baru ini, tentu saja harapannya adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa terjaga," tutur Darmawan.
"We want to accelerate growth, tapi di saat yang bersamaan kita membangun kapasitas nasional, kita menciptakan lapangan kerja, kita juga memerangi kemiskinan," lanjutnya.
Ia mengatakan, ke depannya pertumbuhan akan mampu berjalan dengan berkelanjutakn dan berkesinambungan.
Hal itu menurut Darmawan karena pertumbuhan ke depan dapat menyediakan pasokan energi yang kokoh, aman, berkelanjutan, dan terjangkau.
"Dalam hal ini maka kita mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan," ujar Darmawan.[ss]