WahanaNews-Kalsel| Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 secara terus meningkat sejak awal Januari 2022. Data 10 Februari 2022, kasus Covid-19 harian bertambah sebanyak 40.618, dan total kumulatif menjadi 4.667.554.
Pemerintah sudah menjamin ketersediaan obat-obatan anti virus untuk menghadapi ancaman gelombang yang dipicu varian Omicron. Melalui layanan telemedicine, pemerintah juga menyediakan multivitamin seperti vitamin C, B, E, dan Zinc.
Baca Juga:
Nadiem Akhirnya Buka Suara! Laptop Rp9,9 T Disebut Upaya Selamatkan Pendidikan Saat Pandemi
Sementara pada pedoman tata laksana Covid-19 edisi empat, lima organisasi profesi kesehatan mengizinkan penggunaan vitamin D. Baik untuk pasien tanpa gejala, bergejala ringan, sedang, hingga berat.
Berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, vitamin D berperan penting dalam mencegah gejala berat pasien Covid-19. Studi ini melibatkan 1.176 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit pada April 2020 sampai Februari 2021.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa tingkat mortalitas pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D berkisar di angka 25,6 persen. Sedangkan, tingkat mortalitas pada pasien Covid-19 dengan kadar vitamin D yang mencukupi jauh lebih rendah, yaitu 2,3 persen.
Baca Juga:
COVID-19 Ngamuk di India, Kasus Melonjak Ribuan Persen dalam 3 Minggu
Untuk menjamin ketersediaan vitamin D, pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kini telah memperbarui aturan. Sebelumnya di Indonesia hanya boleh diproduksi vitamin D dengan dosis 400 IU, tapi untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan maka dosis di atas 1000 IU sudah bisa diproduksi.
Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia, Iris Rengganis menyampaikan bahwa vitamin D sangat dibutuhkan oleh hampir seluruh organ yang memiliki reseptor. Istimewanya, vitamin D meregulasi sistem imun serta meningkatkan aktivitas sel imun dalam melawan virus dan bakteri.
"Dalam masa pandemi Covid-19, memang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terkait vitamin D. Mengonsumsi vitamin D3 dosis 1000 IU bisa dilakukan, tapi kalau mau tepat memang harus cek darah. Kalau memang rendah kita bisa menganjurkan sampai
5.000 IU sehari-harinya, apalagi kalau ada penyakit,” katanya, Jumat (11/2).