WahanaNews-Kalsel | Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim 12 ribu tentara Rusia tewas dalam pertempuran kedua negara.
Tidak cuma itu, ia juga menyebut Rusia telah kehilangan lebih dari 360 tank, 1.205 kendaraan lapis baja, 80 helikopter, dan nyaris 60 armada pesawat.
Baca Juga:
Andalkan Rudal Patriot AS, Ukraina Bantai 65 Tentaranya di Pesawat Rusia
Hal itu disampaikan Zelensky dalam keterangan resmi yang dirilis oleh Ukraina pada Sabtu (12/3) waktu setempat.
"Kerugian pasukan Rusia sangat besar. Sejak awal invasi, 31 batalion kelompok taktis musuh telah kehilangan kemampuan tempur mereka," ungkap Zelensky dalam keterangan resmi, Sabtu (12/3).
Berdasarkan data Ukraina, Rusia telah mengerahkan lebih dari 90 batalion di wilayah Ukraina sejak invasi militer pertama kali pada 24 Februari lalu. Tapi, sekitar sepertiga dari jumlah tersebut diklaim telah dihancurkan atau dinonaktifkan oleh Angkatan Darat Ukraina.
Baca Juga:
Tentara Ukraina Akui Sudah Kehilangan Semangat Tempur
Kini, Rusia disebut sedang mencoba untuk menarik 'penjaga perdamaian' dari Caucasus, wilayah yang sementara diduduki di Donetsk dan Luhansk.
Langkah itu diduga untuk membuat batalion tambahan yang akan diisi 15.000 tentara Rusia demi mengubah situasi perang.
Berbeda dari pernyataan Zelensky, Rusia pada 2 Maret lalu mengungkapkan bahwa mereka telah kehilangan 498 tentara selama invasi. Angka itu berbeda jauh dari yang disampaikan Zelensky baru-baru ini.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya mengungkapkan sekitar 1.300 tentara telah tewas sejak invasi.
Selain itu, PBB juga mencatat setidaknya 579 warga sipil Ukraina tewas akibat invasi yang terjadi selama 18 hari terakhir.
Angka yang dihimpun PBB terpaut jauh dari perkiraan layanan darurat Ukraina. Hingga pekan lalu saja, layanan itu sudah mencatat lebih dari 2.000 korban tewas.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-18 pada Minggu (13/3). Pertempuran itu terus memakan korban, termasuk salah satu pimpinan militer Rusia, Mayor Jenderal Andrei Sukhovetsky tewas saat agresi militer.
Namun, Rusia masih terus menggempur fasilitas publik di sejumlah kota strategis Ukraina. [Ss]