WahanaNews-Kalsel | Proyek pabrik baterai IBC, Antam, LG Energy Solutions, dan CATL ditargetkan bakal menuntaskan pembentukan perusahaan patungan pada akhir tahun ini.
PT Aneka Tambang (Antam) menargetkan pembentukan perusahaan patungan atau joint venture (JV) untuk proyek pabrik baterai kendaraan listrik terintegrasi kerja sama dengan LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology (CATL) bisa rampung akhir tahun ini.
Baca Juga:
Presiden Jokowi Izinkan Menteri Gugat Direksi yang Bikin Bangkrut BUMN
Direktur Operasi dan Produksi Antam, I Dewa Bagus Sugata Wirantaya, mengatakan perusahaan tersebut merupakan perusahaan patungan atau joint venture PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL) yang merupakan cucu usaha CATL, dan LG Energy Solution (LGES). Dewa menyebutkan, pada 14 April 2022, Antam dan IBC) telah menyetujui kerangka kerja sama dengan CBL dan LGES terkait pengembangan proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi.
“Saat ini kita sedang menyelesaikan penyusunan studi kelayakan proyek dan penyiapan pembentukan joint venture,” kata Dewa saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Kamis (2/6). Advertisement Lebih lanjut, ujar Dewa.
Saat ini pihaknya bersama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) sedang menyusun peta jalan pengembangan ekosistem industri baterai untuk diajukan ke dalam proyek strategis nasional (PSN).
Baca Juga:
Salah Satu Perusahaan BUMN Buka Lowongan Kerja, Berikut Formasinya
Dalam proyek pengembangan baterai kendaraan listrik tersebut, Antam akan terlibat secara penuh di sektor hulu yang dimulai dari aktivitas penambangan hingga pengolahan bijih nikel lewat teknologi HPAL dan RKEF di smelter di Tanjung Buli, Halmahera Timur dengan kapasitas pengelohan 13.500 ton nikel per tahun.
“Nanti produknya akan menjadi baterai. Sementara itu, IBC akan bermain di sektor hilir untuk kegiatan daur ulang baterai,” ujar Dewa.
Rencana Antam bersama IBC untuk membawa pengembangan ekosistem industri baterai ke dalam PSN mendapat dukungan dari Komisi VII. Dalam draf kesimpulan RDP.
Para anggota sepakat bahwa pengembangan baterai kendaraan listrik merupakan potensi yang dapat mendorong perekonomian nasional.
“Komisi VII DPR mendukung upaya Dirut Mind ID dan Dirut Antam untuk melakukan hilirisasi produk nikel, terutama dalam mendukung proyek strategis nasional dalam pembangunan ekosistem industri baterai listrik nasional,” tulis draf tersebut.
Sebelumnya IBC dan Antam menjalin kerjasama dengan produsen baterai asal Cina, CATL, untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik senilai US$ 5,97 miliar atau Rp 85,77 triliun.
Walau nilai investasi yang dibutuhkan sudah tertera, Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan bahwa komposisi pembaiayaan proyek dari masing-masing perusahaan belum dapat diungkapkan karena masih dalam tahap finalisasi.
"Secara garis besar untuk pengerjaan downstream atau pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi, IBC dan Antam akan menjadi pemegang saham minoritas. Tapi di atas 30% sampai 40%. Itu komposisi sahamnya," kata Toto beberapa waktu lalu, Rabu (11/5).
Sebaliknya, dari sisi pertambangan nikel, Indonesia akan menjadi pemilik saham mayoritas.
Adapun cakupan proyek ini berupa penambangan nikel, pengolahan bijih nikel, produksi bahan baku hingga produksi baterai hingga proyek daur ulang baterai.
Toto memprediksi, pada 2030 akan ada permintaan baterai sebesar 40 Gigawatt hours (GWh) yang terdiri dari 500.000 kendaraan mobil listrik dan 3,5 juta hingga 4 juta unit kendaraan listrik roda dua.
Selain diperuntukkan untuk kendaraan listrik, produksi baterai juga akan difungsikan sebagai penyimpanan energi untuk PLN.
"Untuk menyerap dari energi terbarukan sekitar 3 GWH. dan sisanya diekspor ke tiga pasar utama di Eropa, Amerika Serikat dan Cina," ujarnya. [as/qnt]