Di samping itu, menurut Dadan pihaknya juga tengah mendorong industri surya untuk melakukan pengembangan industrinya, seperti contoh mengembangkan industri di bagian hulu.
"Saat ini terdapat dua pabrikan sel surya yang sedang dalam tahap pembangunan di Indonesia, yaitu PT. Sky Energy di Bogor dan PT. Ali Solar Cell di Batam," katanya.
Baca Juga:
Tiba di Bangka Belitung, Presiden Prabowo akan Saksikan Penyerahan Barang Rampasan Negara
Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma menyadari modul surya yang dibutuhkan dalam pemakaian PLTS di Indonesia sebagian besar masih menggunakan produk impor.
Padahal sudah ada beberapa produsen dalam negeri yang memproduksikan modul surya untuk keperluan dalam negeri.
Namun secara skala ekonomis, ia mengakui masih kalah bersaing dengan produk impor. Hal tersebut terjadi lantaran jumlah produksinya masih kalah bersaing dengan industri sejenis yang bermarkas di Cina.
Baca Juga:
Utamakan Daya Beli Masyarakat, Pemerintah Jaga Tarif Listrik Tetap Terjangkau Sepanjang 2025
"Akibatnya ya masih tetap bergantung pada modul impor," katanya.
Menurut Surya jika pemasangan PLTS masif, maka hal tersebut akan berdampak pada permintaan solar panel yang meningkat signifikan. Peningkatan ini dapat dimanfaatkan oleh produsen panel surya dalam negeri untuk menggenjot produksi.
Meski demikian, semuanya bergantung pada permintaan pasar dan realisasi pengembangan PLTS secara keseluruhan. Karena itu, diperlukan adanya kepastian bahwa pemanfaatan PLTS harus berkesinambungan dalam jumlah yang signifikan sehingga dapat menumbuhkan industri hulu berupa manufaktur komponen PLTS.