WahanaNews-Kalsel | Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRITA BRIN) menyebutkan musim hujan berpotensi masih terjadi di Indonesia pada April 2022.
Peneliti Klimatologi PRITA BRINErma Yulihastin menuturkan musim hujan yang seharusnya berakhir pada Maret dan berubah menjadi periode transisi menuju musim kemarau selama Maret–Mei. Ternyata, kata dia, hal itu tidak terjadi sehingga musim hujan berpotensi berlanjut atau mengalami perpanjangan.
Baca Juga:
BMKG Ingatkan Sejumlah Daerah Siaga Hujan Lebat 5-11 Juli 2024
"Ini dibuktikan berdasarkan data satelit hujan Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP) yang menunjukkan akumulasi rata-rata intensitas curah hujan selama 10 harian atau dasarian yang masih berkisar antara 100-300 mm selama satu bulan terakhir di sebagian besar wilayah Indonesia," ujar Erma, Minggu, 17 April 2022.
Menurut dia, kondisi basah di selatan Indonesia sejak akhir Maret hingga pertengahan April bahkan terus terjadi meskipun siklon tropis Malakas yang terbentuk di dekat Filiphina dan telah berdampak pada kondisi minim awan atau clear sky di barat Indonesia.
Hal ini menunjukkan aktivitas konvektif skala meso atau luas yang berpotensi menimbulkan hujan persisten tidak terjadi di barat Indonesia.
Baca Juga:
BMKG Pangsuma Imbau Waspada Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang di Kapuas Hulu
"Meskipun demikian, hujan di sebagian besar kawasan barat Indonesia di antaranya di Jawa, Sumatra dan Kalimantan tetap terbentuk hampir setiap hari berupa hujan diurnal siang, sore, atau malam hari di atas daratan," kata Erma.
Hujan harian atau diurnal ini lebih dipengaruhi oleh penguatan sirkulasi diurnal angin darat-laut atau angin gunung-lembah.
Indikasi hujan diurnal yang dibangkitkan oleh angin laut ini dapat pula diketahui dari pembentukan awan-awan cumulus tunggal yang terbentuk pada pagi menjelang siang hari sekitar pukul 09.00 WIB.