Ia mengatakan akan dibangun suatu skenario flexible generation, ditambah smart transmission, smart control center, smart distribution, dan smart meter.
"Sehingga, dengan adanya perencanaan desain dan pembangunan smart grid dengan state of the art of technology ini, maka penambahan variabel EBT yang tadinya hanya mentok di 5 GW sampai tahun 2040 bisa ditambah menjadi 28 GW variabel EBT," ujarnya.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Kemudian, dengan adanya penambahan Green Enabling Transmission Line dan juga smart grid, maka Indonesia akan mampu membangun EBT dari semua potensi di Indonesia. "Dari hydro, geothermal, wind, solar, ombak," kata Darmawan.
Berikutnya, penambahan EBT dalam RUPTL baru yang sedang dirancang adalah 60 GW pembangkit di Indonesia sampai 2040.
Artinya, 75 persen penambahan pembangkit akan berbasis pada EBT dan sisanya akan berbasis pada gas.
Baca Juga:
Bergelantungan di Ketinggian, Aksi Heroik Petugas PLN di Aceh Viral dan Banjir Apresiasi
"Pengurangan emisi pada gas 60 persen lebih rendah dibanding dengan pembangkit listrik berbasis pada batu bara," ujar Darmawan.
Menurut dia, di sini pihaknya mencoba menyelaraskan antara pertumbuhan ekonomi dan juga keberlanjutan dalam hal lingkungan.
"Dengan adanya perancangan RUPTL yang baru ini, tentu saja harapannya adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa terjaga," tutur Darmawan.