Kini kegiatan penjualan dan inovasi produk dari sampah, seperti eco-brick dan tas-tas kreatif, juga telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Kami meningkatkan kreativitas dengan membuat berbagai macam tas dari kemasan plastik. Ada tas ransel, tas belanja, hingga tas selempang,” terang Yustina.
Baca Juga:
KSP3 Nias Tepis Isu Dualisme Kepengurusan, Minta Bank yang Bermitra Lakukan Pencairan
Tak hanya sampah plastik mereka juga memanfaatkan minyak jelantah menjadi lilin aroma terapi dan membuat eco-enzim yang bermanfaat bagi petani dalam memupuk tanaman.
Dengan segala inovasi dan upaya yang mereka lakukan, Bank Sampah Ribang Bersinar berhasil meraih berbagai penghargaan termasuk penghargaan Sasangga Banua.
Di balik prestasi gemilang ini, kesadaran masyarakat menjadi kunci utama karena mereka rela membayar untuk pengangkutan sampah dan masuk ke Pendapatan Asli Desa (PAD) sebagai bentuk dukungan terhadap program ini.
Baca Juga:
3 Kantor Cabang KSP3 Nias Terancam Tutup Imbas Tidak Bisa Tarik Uang Miliaran di Bank
Semboyan mereka, 'Sampahku adalah tanggung jawabku', menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menjaga lingkungan tetap asri dan lestari.
Kisah Desa Ribang ini adalah cerminan dari perjuangan yang tak kenal lelah dalam menjaga bumi tempat kita tinggal.
Di Hari Bumi ini, mari kita semua mengambil inspirasi dari mereka dan berkomitmen untuk turut serta dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang lebih baik.