Kalsel. WahanaNews.co - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bersama Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), berupaya melakukan mitigasi bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kalimantan Selatan.
Pada Kunjungan Kerja ke Posko Karhutla di kawasan Guntung Damar Banjarbaru, Direktur Perkebunan Kementerian Pertanian, Andi Nur Alamsyah menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan bantuan berupa 50 Unit Pompa Air Portabel, untuk pemadaman Karhutla di Kalimantan Selatan.
Baca Juga:
Dugaan Korupsi PBJ di Kalsel: KPK Sita Lebih dari Rp10 Miliar dalam OTT
“Mudah mudahan dalam waktu dekat kita bisa menyumbang 50 unit pompa portable dan selangnya, dan saya tadi menelpon Ketua Gapki di Jakarta, ya harusnya tidak di bawah saya, mudah mudahan 100, sehingga permasyalahan di Kawasan bandara ini bisa teratasi, Kata Andi.
Lebih lanjut Andi, yang didampingi oleh Sekda Prov Kalsel Roy Rizali Anwar, Kadisbunnak Kalsel Suparmi, Kepala BBD Kalsel Raden Suria Fadliansyah serta jajaran terkait lainnya, mengatakan, Karhutla yang saat ini terjadi merupakan masalah bersama, dan berpotensi mengamcam perkebunan di Kalimantan Selatan.
Oleh karena itu, untuk menjaga keberlanjutan usaha perkebunan, Ditjen Perkebunan yang menjadi salah satu anggota Tim Satgas Karhutla, tidak boleh tinggal diam untuk mengamankan ancaman semakin meluasnya Karhutla.
Baca Juga:
DPRD Tanbu Tegaskan Urgensi Pembangunan Jembatan Selat Pulau Laut
“Bahwa ini masih jauh dari lahan lahan perkebunan kita, tapi kalo tidak segera di padamkan api nya ini nanti bisa merembes kelahan lahan produktif kita,” tearang Andi.
Kejadian Karhutla di Kalsel, kini menjadi prioritas penanganan, hal itu seiring terus meluas kawasan yang terbakar, berdasarkan Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per 3 Oktober 2023, kawasan terbakar tercatat mencapai lebih dari 24.588 hektar.
Berbagai dampak buruk Karhutla yang menimbulkan kbut asap, telah menyebabkan terganggunya jadwal penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, memburuknya kwalitas udara sehingga meningkatnya jumlah kasus gangguan pernapasan atau ISPA di Kalimantan Selatan, Bahkan di Kota Banjarmasin para pelajar, terpaksa harus mengikuti pembelajaran jarak jauh.