Stunting dapat terjadi sejak sebelum lahir. Hal ini dapat dilihat dari prevalensi stunting berdasarkan kelompok usia hasil SSGI 2022, di mana terdapat 18,5 persen bayi dilahirkan dengan panjang badan kurang dari 48 cm. Dari data tersebut dapat terlihat betapa pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil.
Hasil survei menunjukkan risiko terjadinya stunting meningkat sebesar 1,6 kali dari kelompok umur 6--11 bulan ke kelompok umur 12--23 bulan (13,7 persen ke 22,4 persen).
Baca Juga:
Berdebat Soal Hak Angket Pemilu, Demokrat Siap Pasang Badan
Hal itu menunjukkan 'kegagalan' dalam pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, baik dari segi kesesuaian umur, frekuensi, jumlah, tekstur, dan variasi makanan.
Tahun politik saat ini sangat penting dalam memperoleh komitmen politik para calon pemimpin Indonesia dalam memperhatikan dan menjamin kecukupan energi dan protein pada anak dan ibu hamil hingga menyusui untuk mencegah terjadinya stunting.
Komitmen politik
Baca Juga:
Buntut Dugaan Penghinaan Capres 02, Benny Rhamdani Dilaporkan ke Polda Sulut
Tiga pasang capres-cawapres yang berlaga pada Pilpres 2024 kompak mengusung pemberian gizi berimbang hingga protein hewani pada siklus kehamilan hingga fase pertumbuhan anak sebagai salah satu strategi politik untuk pengendalian stunting.
Pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar (Amin) melalui dokumen bertajuk "Indonesia Adil Makmur Untuk Semua" menawarkan program pendampingan ibu hamil hingga 1.000 hari pertama kehidupan anak untuk menurunkan prevalensi stunting dari 21,6 persen menuju 11,0--12,5 persen pada 2029.
Penguatan dukungan bagi kader desa/kelurahan pun ditawarkan demi penanganan stunting, yakni dengan menjamin ketersediaan pangan seimbang, serta pencegahan infeksi dan perbaikan lingkungan.