"Nantinya CIPP yang akan dihasilkan harus taktis dan workable, harus bisa dieksekusi baik dari sisi proyek maupun kebijakan. Kita mendorong supply chain energi hijau domestik, industrinya di kita, sumber daya manusianya juga terserap," pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa kolaborasi bersama JETP sangat penting bagi internasional karena ekosistem energi hijau terdapat di Indonesia.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Ini sangat penting buat indonesia dan dunia. Apa yang kita lakukan sekarang penting untuk sitem elektrifikasi jadi hijau karena effort dunia juga bergantung pada indonesia karena ekosistem energi hijau di kita," terang Rachmat.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menanggapi, PLN telah mengidentifikasi 4 skenario transisi energi di tanah air dalam kerangka JETP serta melakukan analisis teknis bersama International Energy Agency dan analisis finansial bersama Asian Development Bank.
"PLN melakukan analisis teknis dan finansial untuk memastikan agar dapat mencapai tujuan transisi energi dengan perencanaan yang workable dan tetap menjaga finansial perusahaan tetap sehat,," jelas Darmawan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Dirinya mengatakan, komitmen PLN dalam transisi energi sudah konkret dengan menjalankan 163 proyek hijau untuk berbagai tempat di tanah air melalui berbagai sumber pendanaan.
Semua proyek pengembangan energi baru terbarukan (EBT) tersebut total kapasitasnya mencapai 5,1 Gigawatt (GW) dengan target selesai di 2030.
"Kita punya planning bagus dan membangun aliansi kuat untuk mereduksi emisi sekaligus menjaga kekuatan finansial. Kita ingin transisi energi ini bisa sustainable untuk bisa meningkatkan industri nasional," kata Darmawan.