WahanNews-Kalsel | Vice President of Financial Institution and Market Research PT PLN (Persero) Maya Rani Puspita menyatakan PLN membutuhkan investasi sekitar Rp72 triliun per tahun hingga 2030 dalam rangka mendukung proyek ketenagalistrikan.
“Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan melakukan penambahan investasi sekitar Rp72 triliun per tahun,” katanya dalam Task Force 8 T20 2022 di Jakarta, Kamis.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Maya menuturkan karena adanya kebutuhan investasi yang sangat besar sedangkan dana internal terbatas maka PLN memerlukan dukungan pendanaan yang bersumber dari eksternal.
Dukungan pendanaan dari eksternal tersebut baik dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) oleh pemerintah maupun melalui pinjaman.
Beberapa opsi skema pinjaman pendanaan yang telah dilakukan PLN selama ini antara lain adalah berupa two-step loans atau penerusan pinjaman dari pemerintah.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Maya menjelaskan two-step loans merupakan suatu skema pendanaan dengan pinjaman dilakukan secara Government to Government (G to G) yang selanjutnya akan diteruspinjamkan oleh pemerintah ke PLN.
Selain itu, PLN juga memiliki pinjaman dengan skema direct lending dari dalam dan luar negeri baik dengan jaminan pemerintah maupun tanpa jaminan pemerintah.
Tak hanya itu, pinjaman-pinjaman yang dilakukan PLN pun turut melalui penerbitan surat utang dalam bentuk obligasi baik dalam negeri maupun global bonds.