Pengeboran 10 sumur produksi untuk memasok PLTP Kamojang berlangsung pada 1979.
Tiga tahun kemudian, unit pembangkit 1 resmi beroperasi dengan kapasitas 30 MW.
Baca Juga:
PLN Mulai Gasifikasi Nias, Dorong Efisiensi Energi dan Kurangi Emisi Karbon
Selanjutnya pembangkit 2 dan 3 dioperasikan pada 1987.
Saat ini, PLTP Kamojang menerima suplai uap dari PT Pertamina Geothermal Energy.
Uap dari sekitar 30 sumur eksplorasi disalurkan melalui empat pipa menuju receiving header.
Baca Juga:
Jakarta Timur dan Selatan Terendam, Banjir Kepung 50 RT Sekaligus
Uap kemudian dialirkan ke separator untuk memisahkan dari silika, boron, dan partikel berat lainnya.
“Kemudian uap masuk ke demister untuk dipisahkan antara uap dan partikel air. Sebab, harus uap kering yang masuk ke turbin untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik,” ujar Dedih.
Meskipun telah melalui dua kali penmyaringan, debu dan partikel lainnya masih berpotensi masuk ke turbin dan komponen lainnya. Selama beroperasi tiga tahun, partikel itu akan menumpuk dan bisa mengganggu kinerja pembangkit.