WahanaNews-Kalsel | Pada 1934 sampai 1938, Presiden pertama Indonesia Soekarno atau biasa disapa Bung Karno pernah diasingkan ke Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Merangkum dari tapak tilas perjalanan Bung Karno, Delapan puluh lima tahun lalu, Ende hanyalah sebuah kota kecil yang terletak di pesisir selatan pulau Flores bagian tengah.
Baca Juga:
Pemprov Sulteng Mulai Latihan Paskibraka untuk HUT RI ke-79 Tahun 2024
Kota ini hanya berpenduduk tidak lebih dari 5000 jiwa yang berasal dari berbagai suku di Nusantara.
Bahkan, sebagian besar penduduknya masih buta huruf serta berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Sementara Flores sendiri merupakan pulau di Periferi Soenda kecil dan Ende merupakan ibukota Afdeling Flores pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Baca Juga:
Tokoh Papua Ali Kabiay Mengajak Warga Hindari Provokasi dan Jaga Perdamaian
Kala itu Ende penuh damai walaupun penduduknya terdiri dari banyak suku, bangsa dan beda agama.
Pada Selasa 14 Januari 1934, tepatnya pukul 08.00 pagi sebuah kapal motor Jan Van Riebeeck tiba di pelabuhan Ende. Kapal ini ternyata membawa seorang Putra Sang Fajar sebagai interniran atau tahanan politik.
Ia diasingkan lantaran aktivitasnya di Partai Nasional Indonesia (PNI) dianggap membahayakan eksistensi pemerintahan Hindia Belanda.