Konon, bebatuan yang ada di kawasan pantai berasal dari dasar laut lalu terseret ombak dan terdampar di pinggir pantai. Penduduk yang berprofesi sebagai penambang batu biasanya mensortir batu berdasarkan warna, bentuk, dan ukurannya.
Kemudian, batu tersebut dijual kepada pengepul. Harga batu tersebut berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram.
Baca Juga:
Pemprov Sulteng Mulai Latihan Paskibraka untuk HUT RI ke-79 Tahun 2024
Tenun ikat juga menjadi kerajinan tertua yang ada di Kabupaten Ende. Masyarakat Suku Ende-Lio mayoritas memiliki bakat usaha di bidang industri kain tenun tradisional.
Proses pembuatan tenun masih kental dengan adat istiadat yang erat kaitannya dengan hal mistis dan gaib. Kain ini hanya dibuat oleh wanita dengan menggunakan bahan-bahan dasar alami sehingga pewarnaannya pun masih alami. Proses pembuatannya pun masih manual tanpa menggunakan mesin.
Tenun ikat dibuat dengan corak pilihan benang atau serat kapas serta pewarnaan yang khas menggunakan kulit kayu, akar, batang, dan dedaunan. Tenun ikat ini memiliki tiga warna utama, yaitu putih, biru, dan merah sesuai dengan warna Danau Kelimutu.
Baca Juga:
Tokoh Papua Ali Kabiay Mengajak Warga Hindari Provokasi dan Jaga Perdamaian
Jari Jawa atau Husein Djajadiningrat adalah seseorang yang memiliki jasa besar bagi rakyat Ende. Jari Jawa mendapat kepercayaan untuk memimpin suku-suku yang ada di Ende.
Hal itu membuat Jari Jawa menjadi raja pertama di Kerajaan Islam Ende yang berdiri sekitar 1630 setelah Portugis terusir dari Pulau Ende.
Sejak berdirinya Kerajaan Islam Ende, tak lagi ada kekuatan asing selama kurang lebih 163 tahun. Kerajaan Islam Ende berkuasa tanpa gangguan besar sejak 1630 hingga 1793. [Ss]