“Tutup botol yang sudah dipilah akan dicacah menggunakan mesin, dilelehkan di-oven, lalu diratakan menjadi kepingan. Setelah mengeras, kepingan tersebut dipotong menjadi berbagai bentuk huruf menggunakan mesin potong manual, lalu dihaluskan. Produk akhirnya adalah gantungan kunci yang kami jual kepada guru dan siswa di sekolah,” tambahnya.
Meskipun program ini telah berjalan dengan baik, tantangan masih ada, terutama dalam keterbatasan bentuk produk yang bisa dibuat dengan peralatan manual.
Baca Juga:
Penutupan TPAS Basirih Berdampak Serius, Banjarmasin Andalkan TPA Regional Banjarbakula
“Saat ini, bentuk yang bisa kami buat masih terbatas. Kami berharap dengan mesin yang lebih baik, kami bisa menciptakan bentuk yang lebih beragam,” ujar Affanda.
Sebagai bagian dari keberlanjutan program, para siswa kelas 12 yang mengelola proyek ini juga telah menyiapkan generasi penerus agar program dapat terus berjalan.
“Kami sudah mempersiapkan para penerus kami agar mereka bisa melanjutkan program ini dan mengembangkannya ke skala yang lebih besar. Mungkin mereka tidak hanya melanjutkan program yang ada, tetapi juga menemukan isu lingkungan lain di sekolah dan menciptakan solusi inovatif,” tambah Raffanda.
Baca Juga:
Dinas PUPR Kalsel dan PT Gaya Makmur Traktors Gelar Seminar Teknologi Jalan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengapresiasi upaya siswa SMA Negeri 7 Banjarmasin dalam mengembangkan program berbasis kepedulian lingkungan yang juga memiliki nilai wirausaha.
Diharapkan inovasi semacam ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi akademik, tetapi juga memiliki dampak sosial dan lingkungan yang positif.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, dalam dialog pendidikan bersama warga sekolah SMA Negeri 7 Banjarmasin, Kalimantan Selatan menekankan pentingnya keunggulan yang berdiferensiasi di setiap entitas pendidikan.